Selasa, 03 April 2012


Pemberontakan PKI di Madiun
 


Abidah Bazlinah Dermawan              (01)
Andi Talitha Nabila                           (03)
      Sari Rahayunia                                   (22)
      Sita Permatasari                                  (23)




XI IPA 1

 
 

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 PONTIANAK
Jl. R. E Martadinata
Telp (0561) 775124 Fax : (0561) 775124 Pontianak




KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pemberontakan PKI di Madiun” dalam rangka memenuhi tugas dan menambah wawasan Ilmu Pengetahuan Sejarah.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam rangkaian kegiatan penyusunan makalah ini, tidak akan terlaksana sesuai dengan rencana apabila tidak didukung oleh berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1.                  Ibu Sri Haryani selaku Guru Pembimbing.
2.                  Seluruh staf dan guru di SMA Negeri 2 Pontianak yang telah membantu kelancaran penyelesaian makalah ini.
3.                  Bapak, Ibu serta Saudara tercinta yang telah memberikan motivasi, doa dan kasih sayangnya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan dalam rangka memperluas wawasan tentang peristiwa tragedi nasional. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan makalah ini.



Pontianak, Maret 2012     



Penulis


ABSTRAK

          Berbagai peristiwa terjadi pada bangsa Indonesia. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan ancaman, tantangan, dan hambatan yang datangnya baik dari dalam tubuh NKRI sendiri maupun dari luar negeri. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat mengganggu upaya menata kembali bangsa Indonesia setelah mencapai kemerdekaan. Nah, kalian ingat kedatangan tentara Sekutu ke Indonesia yang diboncengi pasukan Belanda (NICA). Kedatangan mereka ke Indonesia bermaksud tidak baik, yaitu mereka ingin menguasai kembali wilayah Indonesia. Dengan semangat berjuang, rakyat Indonesia akhirnya bisa mempertahankan wilayah Indonesia dari ancaman bangsa lain. Dalam situasi Negara yang sedang terkonsentrasi untuk mengusir penjajah dari Indonesia, ternyata dimanfaatkan oleh sekelompok orang di dalam negeri untuk menyusun kekuatan.

            Fase awal pemberontakan PKI di Madiun yaitu pada tahun 1948 saat bangsa Indonesia sedang berjuang keras menghadapi Belanda. PKI pun melancarkan aksi pemberontakannya untuk mengkomuniskan bangsa Indonesia. Dengan membentuk FDR di bawah pimpinan Musso dan Amir Syarifudin, Pemberontakann pun dimulai dengan usaha pembubaran Kabinet Hatta dan menanamkan ideologi komunis di kalangan angkatan perang. Puncak pemberontakan PKI di Madiun pun terjadi ketika banyak pejabat pemerintah, tokoh-tokoh organisasi nonkomunis, dan para pimpinan pondok pesantren yang diculik dan dibunuh secara sadis. Dan akhirnya, Musso dan Amir Syarifudin pun memproklamasikan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia.

            Untuk menhadapi pemberontakan PKI di Madiun, pemerintah RI bersikap tegas. Pemerintah RI mengerahkan Kesatuan TNI yang dipimpin, antara lain, Kolonel Gatot Subroto, Kolonel Sungkono, Kolonel A.H Nasution, dan Mayor Sabarudin. Akhirnya Madiun dapat direbut kembali oleh TNI. Dalam operasi tersebut Musso dapat ditembak mati di daerah Ponorogo sedangkan Amir Syarifudin ditangkap di daerha Purwadadi dan dijatuhi hukuman mati.












BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Kemerdekaan yang kita nikmati saat ini merupakan hasil perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan. Namun, mempertahankan kemerdekaan ternyata membutuhkan perjuangan juga. Keinginan Belanda untuk kembali menguasai wilayah Indonesia menuntut para pahlawan agar berjuang lebih keras untuk mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia. Perjuangan yang dilakukan bukan melalui perang fisik saja, tetapi juga melalui jalan diplomasi.

Revolusi fisik untuk mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan terjadi dihampir semua daerah di Indonesia. Revolusi tersebut ditandai dengan perlawanan bersenjata terhadap kedatangan Belanda dan Sekutu, perlawanan terhadap tentara Jepang, serta perlawanan menghadapi agresi Belanda. Berbagai perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yaitu pertempuran 5 hari di Semarang, pertempuran Surabaya 10 November 1945, Palagan Ambarawa, Bandung Lautan Api, Peristiwa Medan Area, Puputan Margarana, Peristiwa Merah Putih di Biak, dan peristiwa Merah Putih di Manado.

Untuk mempertahankan kedaulatan, selain dengan peperangan, bangsa Indonesia juga menempuh jalan diplomasi. Diplomasi merupakan cara menghadapi musuh melalui jalan perundingan. Melalui jalan diplomasi, bangsa Indonesia berusaha untuk menghadapi Belanda sebagai musuh. Dalam pelaksaannya, peperangan dan diplomasi dapat dilakukan bersamaan. Berikut adalah upaya diplomasi melalui perundingan antara Indonesia dan Belanda yaitu, Pertemuan di Jakarta, Pertemuan Hooge Veluwe, Perundingan Jakarta, Perundingan Linggajati, Agresi Militer Belanda I , Pembetukan KTN, Perundingan Renville, Agresi Militer Belanda II, Konferensi Asia New Delhi, Perundingan Roem-Royen, Konferensi Inter-Indonesia, dan Konferensi Meja Bundar.

Dalam mempertahankan kemerdekaan, kemenangan Sekutu atas Jepang pada Perang Dunia ke-2, melahirkan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang memunculkan pergolakan dan pemberontakan antara lain, PKI Madiun 1948, DI/TII Kartosuwiryo, dan  G 30 S/PKI.

Pada saat bangsa Indonesia sedang berjuang keras menghadapi Belanda, pada tahun 1948 PKI melancarkan pemberontakan. Latar belakang pemberontakan itu tidak terlepas dari ambisi PKI untuk berkuasa dan mengkomuniskan Indonesia. Amir Syarifudin adalah salah satu tokoh yang ingin menjtuhkan Kabinet Hatta. Untuk tujuan itu, Amir Syarifudin berusaha menanamkan ideologi komunis di kalangan angkatan perang. Hanya dalam waktu singkat ia berhasil menghimpun kekuatan. Ia membentuk kekuatan baru yang disebut Front Demokrasi Rakyat (FDR). Pemberontakan PKI Madiun semakin menjadi-jadi saat Musso yang merupakan PKI pada tahun 1920-an kembali dari Uni Soviet. Musso dan Amir Syarifudin pun memproklamasikan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia dengan Musso sebagai Kepala Negara dan Amir Syarifudin sebagai Kepala Pemerintahan.


1.2  TUJUAN PENULISAN

1.      Mendeskripsikan Pemberontakan PKI di Madiun
2.      Menginformasikan kepada pembaca tentang berbagai peristiwa tragedi Nasional yang merupakan lembaran hitam dalam sejarah Indonesia






















BAB II
PEMBAHASAN

Berbagai peristiwa terjadi pada bangsa Indonesia. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan ancaman, tantangan, dan hambatan yang datangnya baik dari dalam tubuh NKRI sendiri maupun dari luar negeri. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat mengganggu upaya menata kembali bangsa Indonesia setelah mencapai kemerdekaan. Nah, kalian ingat kedatangan tentara Sekutu ke Indonesia yang diboncengi pasukan Belanda (NICA). Kedatangan mereka ke Indonesia bermaksud tidak baik, yaitu mereka ingin menguasai kembali wilayah Indonesia. Dengan semangat berjuang, rakyat Indonesia akhirnya bisa mempertahankan wilayah Indonesia dari ancaman bangsa lain. Dalam situasi Negara yang sedang terkonsentrasi untuk mengusir penjajah dari Indonesia, ternyata dimanfaatkan oleh sekelompok orang di dalam negeri untuk menyusun kekuatan.

2.1  Fase Awal Pemberontakan Madiun

Pada saat bangsa Indonesia sedang berjuang keras menghadapi Belanda, pada tahun 1948 PKI melancarkan pemberontakan. Pemberontakan mulai menjadi-jadi setelah Amir Syarifudin turun dari jabatan perdana menteri yang diakibatkan oleh perjanjian Renville yaitu tidak adanya dukungan rakyat terhadap hasil perundingan tersebut.  Perundingan Renville dianggap sangat menguntungkan pemerintah Belanda dan tidak menjamin kedudukan serta keberadaan RI. Dalam perjanjian Renville Indonesia menjadi Negara kesatuan dengan dipimpin oleh perdana menteri M.Hatta. Kemudian PKI dan sayap kirinya menentang Kabinet Hatta. Pada tanggal 26 Februari 1948 PKI mengadakan petemuan di Surakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh wakil-wakil dari PKI sayap kiri, antara lain Perindo (Partai Sosial Pemuda Sosial Indonesia), SBSI ( Sentral Buruh Seluruh Indonesia), dan BTI (Barisan Tani Indonesia). Hasil pertemuan itu antara lain terbentuk FDR (Front Demokrasi Rakyat) dibawah pimpinan Amir Syarifudin.
Program-program dari FDR antara lain :
1.      Membatalkan perjanjian Renville
2.      Mencoba melakukan penghentian perundingan-perundingan dengan Belanda sampai Belanda bersedia menarik diri dari Indonesia.
3.      Menuntut dibubarkannya Kabinet Hatta.
4.      Membentuk Kabinet baru yang mengikutsertakan PKI/FDR.


Setelah mengadakan pertemuan di Surakarta PKI melakukan gerakan pemberontakan pertamanya yaitu merebut kekuasaan pemerintah. Usaha yang dilakukan dalam merebut pemerintahan adalah melalui propaganda dan agitasi. Akibatnya suasana semakin memanas dan semangat kelompok FDR/PKI semakin berkobar. Pada waktu yang bersamaan para tokoh komunis pulang dari luar negeri. Tokoh-tokoh PKI yang pulang diantaranya Alimin pulang dari China, Marulo Darusman dan Abdul Majid datang dari Belanda serta Musso dan Suripto dari Rusia pada tahun 1948.        Kemudian Musso dan Amir Syarifudin tampil untuk memimpin melancarkan kudeta terhadap pemerintah RI yang sah.

Untuk melancarkan pemberontakan Amir Syarifudin telah menyusun strategi dengan kekuatan PKI, antara lain sebagai berikut.
1.      Melaksanakan propaganda, agitasi, dan pemogokan, serta mengadakan kekacauan terror di berbagai daerah.
2.      Melakukan Propaganda dan Agresi sehingga menimbulkan kekacauan di Masyarakat daerah-daerah di Indonesia.
3.      Amir Syarifudin juga memerintahkan semuja pasukan yang Pro-Gerakan PKI yang ada di Front pertempuran untuk ditarik mundur ke tempat-tempat strategis.
4.      Menjadikan kota Surakarta sebagai daerah liar yang kacau agar pandangan pemerintah teralihkan.

Memasuki bulan September 1948 aktifitas PKI terus di tingkatkan. Bahkan pada tanggal 1 September 1948 Muso telah membentuk CCPKI (Commite Central Partai Komunis Indonesia) yang pertama dengan Muso sebagai ketuanya. Tanggal 11 September 1948 pasukan ALRI dan Laskar Rakyatyang Pro-PKI dan berada di Front Pertempuran secara besar-besaran ditarik ke arah Surakarta dan ke Madiun. Mereka menyusun pemberontakan dibelakang rumah-rumah penduduk.


2.2 Puncak Pemberontakan PKI Madiun.

            Gerakan PKI ini mencapai puncaknya pada tanggal 18 September 1948. PKI di bawah pimpinan Muso dan Amir Syarifudin telah melancarkan pemberontakan yang dipusatkan di Madiun dan sekitarnya. Banyak pejabat pemerintah, tokoh-tokoh organisasi non-komunis, guru agama, dan para pimpinan pondok pesantren diculik. Setelah berhasil diculik mereka disekap di rumah-rumah tahanan. Kemudian mereka dengan secara bergilir dengan badan dan tangan diikat serta mata tertutup, diangkat dengan lori diangkat ke tempat pembantaian. Tempat-tempat pembantaian itu antara lain di Soco, Cigrok, Gorang Gareng, dan di Kresek, serta Dungus. Kemudian Muso dan Amir Syarifudin mengproklamasikan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia dengan pemerintahannya pemerintah Front Nasional.

Susunan Pemerintahan Pusat sebagai berikut.
Kepala Negara                                    : Muso
Kepala pemerintahan              : Amir Syarifudin
Panglima Angkatan Perang     : Kolonel Joko Suyono
Komandan Tempur                 : Kolonel Dahlan




2.3 Akhir Pemberontakan PKI Madiun

Melihat Gerakan Pemberontakan PKI semakin berkembang, maka pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Soekarno-Hatta melakukan kebijakan untuk menumpas pemberontakan. Pemerintah segera melancarkan operasi penumpasan dengan membentuk Gerakan Operasi Militer (GOM). Panglima Jenderal Sudirman kemudian mengeluarkan perintah harianyang isinya antara lain, memnunjuk Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono sebagai Gubernur Militer Jawa Timur. Kedua tokoh militer itu diperintahkan untuk memimpin dan menggerakkan pasukan guna menumpas pemberontakan PKI di Madiun dan sekitarnya pasukan pemerintah dibagi menjadi tiga bagian poros kekuatan, yaitu poros tengan, utara, dan selatan. Poros tengah terdiri dari Batalyon Ahmad Wiranatakusumah, Batalyon Darsono, dan Batalyon Sambas. Rute poros ini adalah dari Surakarta pasukan bergerak ke Karanganyar, Tawangmangu-Cemorosewu-Sarangan-Plaosan, terus ke Gorang Gareng Magetan. Poros Utara terdiri dari Batalyon Umar Wirahadikusumah, Batalyon Gabungan Lukas yang terdiri dari Kompi Lukas, Barisan Banteng, dan Laskar Habibullah. Pasukan ini bergerak kea rah garis Ngawi, terus ke Walikukun. Poros Selatan terdiri dari Batalyon Nasuhi dan Batalyon Huseinsyah. Pasukan ini bertugas merebut Pacitan dengan rute Surakarta-Sukoharjo-Wonogiri-Baturetno-Purwantoro-terus ke Pacitan.

Setelah terbentuknya poros-poros pergerakan, pasukan TNI bergerak cepat untuk menggempur pasukan pemberontak PKI. Mereka menggunakan strategi yang cepat dan menyerang ke berbagai sisi dari kekuatan PKI. Dengan serangan yang bertubi-tubi akhirnya pada tanggal 30 September 1948 daerah-daerah Madiun dan sekitarnya  sudah dapat dikuasai kembali oleh pemerintah. Ternyata tidak sedikit  rakyat yang  menyokong aksi PKI-Muso tersebut. Sehingga mereka pun ditangkap dan di interogasi oleh TKR (Tentara Keamanan Rakyat) kemudian dihukum mati. Para pemberontak di bawah pimpinan Muso dan Amir Syarifudin berhasil lolos ke daerah Ponorogo. Setelah diadakan Pengejaran beberapa hari, akhirnya Muso berhasil di tembak mati di desa Semanding (Ponorogo) oleh Kompi Sumadi. Sementara itu Amir Syarifudin yang diikuti Maladi Yusuf, Mustafa, dan Panjang Joko Priyono berhasil meloloskan diri kea rah Jawa Tengah. Setelah berminggu-minggu melakukan pengejaran akhirnya pada bulan November 1948 Amir Syarifudin dapat ditangkap di daerah Purwadadi bersama Maruto Darusman, Suripno, Sarjono, dan Joko Suyono. Amir Syarifudin dan pengikutnya pun dijatuhi hukuman mati pada tanggal 20 Desember 1948 dini hari di Jogjakarta.


Foto-foto Seputar penangkapan para 'petualang' PKI Madiun


 Anggota PKI yang tertangkap sedang diinterogasi dibawah todongan senapan               



Akhir cerita pemberontakan PKI Madiun 1948

Setelah di tangkap dan diikat , mereka diarak keliling menuju tempat eksekusi mati.

Satu per satu mereka dibunuh oleh algojo dari tentara keamanan rakyat (TKR)

Kemudian mereka di interogasi untuk terakhir kalinya

mereka disuruh masuk ke lubang kubur mereka

tokoh PKI








BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

            Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut.

Berdasarkan hasil pengamatan studi literatur dan diskusi secara umum dapat disimpulkan bahwa :

1.      Kita sebagai generasi penerus harus tetap  mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta meneruskan perjuangan para pahlawan terdahulu dengan menjaga dan ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
2.      Indonesia memiliki peristiwa tregedi nasional yang dapat dijadikan pedoman hidup untuk kedepannya.
3.      Pemberontkan PKI di Madiun terjadi karena ada pihak yang ingin berkuasa dan mengkomuniskan Negara Indonesia.





3.2  SARAN

Saran yang dapat disampaikan penulis pada karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan pembaca dapat mengembangkan makna makalah ini dan mengamalkan hikmahnya di kehidupan sehari-hari.
2. Diharapkan pembaca dapat mendeskripsikan tragedi pemberontakan PKI di Madiun dengan kronologis setelah membaca makalah ini dan dapat berkomentar demi kesempurnaan makalah dengan kritik dan saran Anda yang bersifat membangun.






 
DAFTAR PUSTAKA


Supriatna, Nana dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas IX  Jilid 3. Bandung : Grafindo


Sardiman dkk. 2008. Pembelajaran IPS Terpadu 3 Untuk Kelas IX SMP dan MTs. Solo : Platinum