Pemberontakan
PKI di Madiun
Abidah Bazlinah Dermawan (01)
Andi Talitha Nabila (03)
Sari Rahayunia (22)
Sita Permatasari (23)
XI IPA 1

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 PONTIANAK
Jl. R. E Martadinata
Telp (0561) 775124 Fax : (0561) 775124 Pontianak
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pemberontakan
PKI di Madiun” dalam rangka memenuhi tugas dan menambah wawasan Ilmu
Pengetahuan Sejarah.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam rangkaian kegiatan penyusunan makalah ini, tidak akan
terlaksana sesuai dengan rencana apabila tidak didukung oleh berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1.
Ibu
Sri Haryani selaku Guru Pembimbing.
2.
Seluruh
staf dan guru di SMA Negeri 2 Pontianak yang telah membantu kelancaran
penyelesaian makalah ini.
3.
Bapak,
Ibu serta Saudara tercinta yang telah memberikan motivasi, doa dan kasih
sayangnya.
Semoga makalah
ini bermanfaat bagi masyarakat
dan lingkungan dalam rangka
memperluas wawasan tentang peristiwa tragedi nasional. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan
membangun demi
kesempurnaan
makalah ini.
Pontianak, Maret
2012
Penulis
ABSTRAK
Berbagai
peristiwa terjadi pada bangsa Indonesia. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan
ancaman, tantangan, dan hambatan yang datangnya baik dari dalam tubuh NKRI
sendiri maupun dari luar negeri. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat mengganggu
upaya menata kembali bangsa Indonesia setelah mencapai kemerdekaan. Nah, kalian
ingat kedatangan tentara Sekutu ke Indonesia yang diboncengi pasukan Belanda
(NICA). Kedatangan mereka ke Indonesia bermaksud tidak baik, yaitu mereka ingin
menguasai kembali wilayah Indonesia. Dengan semangat berjuang, rakyat Indonesia
akhirnya bisa mempertahankan wilayah Indonesia dari ancaman bangsa lain. Dalam
situasi Negara yang sedang terkonsentrasi untuk mengusir penjajah dari
Indonesia, ternyata dimanfaatkan oleh sekelompok orang di dalam negeri untuk
menyusun kekuatan.
Fase
awal pemberontakan PKI di Madiun yaitu pada tahun 1948 saat bangsa Indonesia
sedang berjuang keras menghadapi Belanda. PKI pun melancarkan aksi
pemberontakannya untuk mengkomuniskan bangsa Indonesia. Dengan membentuk FDR di
bawah pimpinan Musso dan Amir Syarifudin, Pemberontakann pun dimulai dengan
usaha pembubaran Kabinet Hatta dan menanamkan ideologi komunis di kalangan
angkatan perang. Puncak pemberontakan PKI di Madiun pun terjadi ketika banyak
pejabat pemerintah, tokoh-tokoh organisasi nonkomunis, dan para pimpinan pondok
pesantren yang diculik dan dibunuh secara sadis. Dan akhirnya, Musso dan Amir
Syarifudin pun memproklamasikan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia.
Untuk
menhadapi pemberontakan PKI di Madiun, pemerintah RI bersikap tegas. Pemerintah
RI mengerahkan Kesatuan TNI yang dipimpin, antara lain, Kolonel Gatot Subroto,
Kolonel Sungkono, Kolonel A.H Nasution, dan Mayor Sabarudin. Akhirnya Madiun
dapat direbut kembali oleh TNI. Dalam operasi tersebut Musso dapat ditembak
mati di daerah Ponorogo sedangkan Amir Syarifudin ditangkap di daerha Purwadadi
dan dijatuhi hukuman mati.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Kemerdekaan
yang kita nikmati saat ini merupakan hasil perjuangan para pahlawan dalam
meraih kemerdekaan. Namun, mempertahankan kemerdekaan ternyata membutuhkan
perjuangan juga. Keinginan Belanda untuk kembali menguasai wilayah Indonesia
menuntut para pahlawan agar berjuang lebih keras untuk mempertahankan
kedaulatan Republik Indonesia. Perjuangan yang dilakukan bukan melalui perang
fisik saja, tetapi juga melalui jalan diplomasi.
Revolusi
fisik untuk mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan terjadi dihampir semua
daerah di Indonesia. Revolusi tersebut ditandai dengan perlawanan bersenjata
terhadap kedatangan Belanda dan Sekutu, perlawanan terhadap tentara Jepang,
serta perlawanan menghadapi agresi Belanda. Berbagai perlawanan yang dilakukan
oleh rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yaitu pertempuran 5 hari
di Semarang, pertempuran Surabaya 10 November 1945, Palagan Ambarawa, Bandung
Lautan Api, Peristiwa Medan Area, Puputan Margarana, Peristiwa Merah Putih di
Biak, dan peristiwa Merah Putih di Manado.
Untuk mempertahankan
kedaulatan, selain dengan peperangan, bangsa Indonesia juga menempuh jalan
diplomasi. Diplomasi merupakan cara menghadapi musuh melalui jalan perundingan.
Melalui jalan diplomasi, bangsa Indonesia berusaha untuk menghadapi Belanda
sebagai musuh. Dalam pelaksaannya, peperangan dan diplomasi dapat dilakukan
bersamaan. Berikut adalah upaya diplomasi melalui perundingan antara Indonesia
dan Belanda yaitu, Pertemuan di Jakarta, Pertemuan Hooge Veluwe, Perundingan
Jakarta, Perundingan Linggajati, Agresi Militer Belanda I , Pembetukan KTN, Perundingan
Renville, Agresi Militer Belanda II, Konferensi Asia New Delhi, Perundingan
Roem-Royen, Konferensi Inter-Indonesia, dan Konferensi Meja Bundar.
Dalam
mempertahankan kemerdekaan, kemenangan Sekutu atas Jepang pada Perang Dunia
ke-2, melahirkan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang memunculkan pergolakan
dan pemberontakan antara lain, PKI Madiun 1948, DI/TII Kartosuwiryo, dan G 30 S/PKI.
Pada saat
bangsa Indonesia sedang berjuang keras menghadapi Belanda, pada tahun 1948 PKI
melancarkan pemberontakan. Latar belakang pemberontakan itu tidak terlepas dari
ambisi PKI untuk berkuasa dan mengkomuniskan Indonesia. Amir Syarifudin adalah
salah satu tokoh yang ingin menjtuhkan Kabinet Hatta. Untuk tujuan itu, Amir Syarifudin
berusaha menanamkan ideologi komunis di kalangan angkatan perang. Hanya dalam
waktu singkat ia berhasil menghimpun kekuatan. Ia membentuk kekuatan baru yang
disebut Front Demokrasi Rakyat (FDR). Pemberontakan PKI Madiun semakin
menjadi-jadi saat Musso yang merupakan PKI pada tahun 1920-an kembali dari Uni
Soviet. Musso dan Amir Syarifudin pun memproklamasikan berdirinya Negara
Republik Soviet Indonesia dengan Musso sebagai Kepala Negara dan Amir
Syarifudin sebagai Kepala Pemerintahan.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1. Mendeskripsikan
Pemberontakan PKI di Madiun
2. Menginformasikan
kepada pembaca tentang berbagai peristiwa tragedi Nasional yang merupakan
lembaran hitam dalam sejarah Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Berbagai
peristiwa terjadi pada bangsa Indonesia. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan
ancaman, tantangan, dan hambatan yang datangnya baik dari dalam tubuh NKRI
sendiri maupun dari luar negeri. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat mengganggu
upaya menata kembali bangsa Indonesia setelah mencapai kemerdekaan. Nah, kalian
ingat kedatangan tentara Sekutu ke Indonesia yang diboncengi pasukan Belanda
(NICA). Kedatangan mereka ke Indonesia bermaksud tidak baik, yaitu mereka ingin
menguasai kembali wilayah Indonesia. Dengan semangat berjuang, rakyat Indonesia
akhirnya bisa mempertahankan wilayah Indonesia dari ancaman bangsa lain. Dalam
situasi Negara yang sedang terkonsentrasi untuk mengusir penjajah dari
Indonesia, ternyata dimanfaatkan oleh sekelompok orang di dalam negeri untuk
menyusun kekuatan.
2.1 Fase Awal Pemberontakan Madiun
Pada saat bangsa Indonesia sedang berjuang keras menghadapi
Belanda, pada tahun 1948 PKI melancarkan pemberontakan. Pemberontakan mulai
menjadi-jadi setelah Amir Syarifudin turun dari jabatan perdana menteri yang
diakibatkan oleh perjanjian Renville yaitu tidak adanya dukungan rakyat
terhadap hasil perundingan tersebut. Perundingan
Renville dianggap sangat menguntungkan pemerintah Belanda dan tidak menjamin
kedudukan serta keberadaan RI. Dalam perjanjian Renville Indonesia menjadi
Negara kesatuan dengan dipimpin oleh perdana menteri M.Hatta. Kemudian PKI dan
sayap kirinya menentang Kabinet Hatta. Pada tanggal 26 Februari 1948 PKI
mengadakan petemuan di Surakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh wakil-wakil dari
PKI sayap kiri, antara lain Perindo (Partai Sosial Pemuda Sosial Indonesia),
SBSI ( Sentral Buruh Seluruh Indonesia), dan BTI (Barisan Tani Indonesia).
Hasil pertemuan itu antara lain terbentuk FDR (Front Demokrasi Rakyat) dibawah pimpinan
Amir Syarifudin.
Program-program dari FDR antara lain :
1.
Membatalkan
perjanjian Renville
2.
Mencoba
melakukan penghentian perundingan-perundingan dengan Belanda sampai Belanda
bersedia menarik diri dari Indonesia.
3.
Menuntut
dibubarkannya Kabinet Hatta.
4.
Membentuk
Kabinet baru yang mengikutsertakan PKI/FDR.
Setelah mengadakan pertemuan di Surakarta PKI melakukan gerakan
pemberontakan pertamanya yaitu merebut kekuasaan pemerintah. Usaha yang
dilakukan dalam merebut pemerintahan adalah melalui propaganda dan agitasi. Akibatnya
suasana semakin memanas dan semangat kelompok FDR/PKI semakin berkobar. Pada
waktu yang bersamaan para tokoh komunis pulang dari luar negeri. Tokoh-tokoh
PKI yang pulang diantaranya Alimin pulang dari China, Marulo Darusman dan Abdul
Majid datang dari Belanda serta Musso dan Suripto dari Rusia pada tahun 1948. Kemudian Musso dan Amir Syarifudin tampil
untuk memimpin melancarkan kudeta terhadap pemerintah RI yang sah.
Untuk melancarkan pemberontakan Amir Syarifudin telah menyusun strategi
dengan kekuatan PKI, antara lain sebagai berikut.
1. Melaksanakan propaganda, agitasi, dan
pemogokan, serta mengadakan kekacauan terror di berbagai daerah.
2. Melakukan Propaganda dan Agresi
sehingga menimbulkan kekacauan di Masyarakat daerah-daerah di Indonesia.
3. Amir Syarifudin juga memerintahkan
semuja pasukan yang Pro-Gerakan PKI yang ada di Front pertempuran untuk ditarik
mundur ke tempat-tempat strategis.
4. Menjadikan kota Surakarta sebagai
daerah liar yang kacau agar pandangan pemerintah teralihkan.
Memasuki bulan September 1948
aktifitas PKI terus di tingkatkan. Bahkan pada tanggal 1 September 1948 Muso
telah membentuk CCPKI (Commite Central Partai Komunis Indonesia) yang pertama
dengan Muso sebagai ketuanya. Tanggal 11 September 1948 pasukan ALRI dan Laskar
Rakyatyang Pro-PKI dan berada di Front Pertempuran secara besar-besaran ditarik
ke arah Surakarta dan ke Madiun. Mereka menyusun pemberontakan dibelakang
rumah-rumah penduduk.
2.2 Puncak
Pemberontakan PKI Madiun.
Gerakan PKI ini mencapai puncaknya
pada tanggal 18 September 1948. PKI di bawah pimpinan Muso dan Amir Syarifudin
telah melancarkan pemberontakan yang dipusatkan di Madiun dan sekitarnya.
Banyak pejabat pemerintah, tokoh-tokoh organisasi non-komunis, guru agama, dan
para pimpinan pondok pesantren diculik. Setelah berhasil diculik mereka disekap
di rumah-rumah tahanan. Kemudian mereka dengan secara bergilir dengan badan dan
tangan diikat serta mata tertutup, diangkat dengan lori diangkat ke tempat
pembantaian. Tempat-tempat pembantaian itu antara lain di Soco, Cigrok, Gorang
Gareng, dan di Kresek, serta Dungus. Kemudian Muso dan Amir Syarifudin
mengproklamasikan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia dengan
pemerintahannya pemerintah Front Nasional.
Susunan Pemerintahan Pusat sebagai berikut.
Kepala Negara :
Muso
Kepala pemerintahan :
Amir Syarifudin
Panglima Angkatan Perang :
Kolonel Joko Suyono
Komandan Tempur :
Kolonel Dahlan
2.3 Akhir Pemberontakan PKI Madiun
Melihat Gerakan Pemberontakan PKI
semakin berkembang, maka pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Soekarno-Hatta
melakukan kebijakan untuk menumpas pemberontakan. Pemerintah segera melancarkan
operasi penumpasan dengan membentuk Gerakan Operasi Militer (GOM). Panglima
Jenderal Sudirman kemudian mengeluarkan perintah harianyang isinya antara lain,
memnunjuk Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer Jawa Tengah dan
Kolonel Sungkono sebagai Gubernur Militer Jawa Timur. Kedua tokoh militer itu
diperintahkan untuk memimpin dan menggerakkan pasukan guna menumpas pemberontakan
PKI di Madiun dan sekitarnya pasukan pemerintah dibagi menjadi tiga bagian
poros kekuatan, yaitu poros tengan, utara, dan selatan. Poros tengah terdiri
dari Batalyon Ahmad Wiranatakusumah, Batalyon Darsono, dan Batalyon Sambas.
Rute poros ini adalah dari Surakarta pasukan bergerak ke Karanganyar,
Tawangmangu-Cemorosewu-Sarangan-Plaosan, terus ke Gorang Gareng Magetan. Poros
Utara terdiri dari Batalyon Umar Wirahadikusumah, Batalyon Gabungan Lukas yang
terdiri dari Kompi Lukas, Barisan Banteng, dan Laskar Habibullah. Pasukan ini
bergerak kea rah garis Ngawi, terus ke Walikukun. Poros Selatan terdiri dari
Batalyon Nasuhi dan Batalyon Huseinsyah. Pasukan ini bertugas merebut Pacitan
dengan rute Surakarta-Sukoharjo-Wonogiri-Baturetno-Purwantoro-terus ke Pacitan.
Setelah terbentuknya poros-poros
pergerakan, pasukan TNI bergerak cepat untuk menggempur pasukan pemberontak
PKI. Mereka menggunakan strategi yang cepat dan menyerang ke berbagai sisi dari
kekuatan PKI. Dengan serangan yang bertubi-tubi akhirnya pada tanggal 30
September 1948 daerah-daerah Madiun dan sekitarnya sudah dapat dikuasai kembali oleh pemerintah.
Ternyata tidak sedikit rakyat yang menyokong aksi PKI-Muso tersebut. Sehingga
mereka pun ditangkap dan di interogasi oleh TKR (Tentara Keamanan Rakyat)
kemudian dihukum mati. Para pemberontak di bawah pimpinan Muso dan Amir
Syarifudin berhasil lolos ke daerah Ponorogo. Setelah diadakan Pengejaran
beberapa hari, akhirnya Muso berhasil di tembak mati di desa Semanding
(Ponorogo) oleh Kompi Sumadi. Sementara itu Amir Syarifudin yang diikuti Maladi
Yusuf, Mustafa, dan Panjang Joko Priyono berhasil meloloskan diri kea rah Jawa
Tengah. Setelah berminggu-minggu melakukan pengejaran akhirnya pada bulan
November 1948 Amir Syarifudin dapat ditangkap di daerah Purwadadi bersama
Maruto Darusman, Suripno, Sarjono, dan Joko Suyono. Amir Syarifudin dan
pengikutnya pun dijatuhi hukuman mati pada tanggal 20 Desember 1948 dini hari
di Jogjakarta.
Foto-foto Seputar penangkapan para
'petualang' PKI Madiun
Anggota PKI yang tertangkap
sedang diinterogasi dibawah todongan
senapan
![]() |
Akhir cerita pemberontakan PKI
Madiun 1948
|
![]() |
Setelah di tangkap dan diikat ,
mereka diarak keliling menuju tempat eksekusi mati.
|
![]() |
Satu per satu mereka dibunuh oleh
algojo dari tentara keamanan rakyat (TKR)
|
![]() |
Kemudian mereka di interogasi untuk
terakhir kalinya
|
![]() |
mereka disuruh masuk ke lubang kubur mereka |
![]() | ||||
tokoh PKI |
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut.
Berdasarkan hasil pengamatan studi literatur dan diskusi secara umum dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kita
sebagai generasi penerus harus tetap
mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta meneruskan perjuangan para
pahlawan terdahulu dengan menjaga dan ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
2. Indonesia
memiliki peristiwa tregedi nasional yang dapat dijadikan pedoman hidup untuk
kedepannya.
3. Pemberontkan
PKI di Madiun terjadi karena ada pihak yang ingin berkuasa dan mengkomuniskan
Negara Indonesia.
3.2 SARAN
Saran yang dapat disampaikan penulis pada karya ilmiah
ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan pembaca
dapat mengembangkan makna makalah ini dan mengamalkan hikmahnya di kehidupan
sehari-hari.
2. Diharapkan pembaca
dapat mendeskripsikan tragedi pemberontakan PKI di Madiun dengan kronologis
setelah membaca makalah ini dan dapat berkomentar demi kesempurnaan makalah
dengan kritik dan saran Anda yang bersifat membangun.
DAFTAR
PUSTAKA
Supriatna, Nana dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas IX Jilid 3. Bandung : Grafindo
Sardiman dkk. 2008. Pembelajaran IPS Terpadu 3 Untuk Kelas IX
SMP dan MTs. Solo : Platinum
카지노 카지노 ミスティーノ ミスティーノ 10cric login 10cric login 카지노사이트 카지노사이트 bet365 bet365 planet win 365 planet win 365 838
BalasHapus